Presiden menyatakan bahwa dunia sedang di tengah ‘pancaroba’ dan banyak harapan yang ditumpukan pada kawasan Asia Tenggara.
Transformasi sistem sosial dan politik terus berproses di Timur Tengah dan Afrika Utara. Ancaman krisis ekonomi global baru menghantui dunia akibat gejolak keuangan di Eropa.
Di samping itu, permasalahan fundamental lainnya juga mengemuka seperti ketahanan pangan, energi dan air, perubahan iklim, bencana alam, dan dampak revolusi teknologi informasi.
“Kita berkumpul pada saat dunia dihadapkan pada satu proses perubahan. Saya percaya ASEAN mampu berkontribusi dalam merespon berbagai dinamika global,” demikian disampaikan Presiden SBY di hadapan para pemimpin negara-negara ASEAN.
Untuk itu, Presiden menggarisbawahi lima hal pokok yang akan dibahas pada rangkaian KTT ke-19 ASEAN dan KTT terkait lainnya.
Pertama, ASEAN perlu melakukan langkah-langkah konkrit guna memperkuat ketiga pilar Komunitas ASEAN. “Kita harus memastikan tercapainya seluruh Rencana Aksi di ketiga pilar tersebut secara seimbang dan saling mengisi sebelum 2015,” tutur Presiden SBY.
Kedua, pertumbuhan ekonomi di kawasan perlu diperkuat. Dengan demikian diharapkan bahwa Asia Tenggara akan lebih tahan terhadap volatilitas perekonomian global dan mampu menjadi bagian dari solusi.
Ketiga, lanjut Presiden SBY, “Kita perlu mengambil peran utama dalam menata arsitektur kerja sama kawasan yang lebih efisien dan efektif.” Sentralitas ASEAN dalam berinteraksi dengan mitra wicara dan forum-forum di kawasan yang lebih luas harus dapat dipertahankan.
Dalam konteks itu, Presiden berharap agar dalam kerangka KTT Asia Timur prinsip-prinsip bersama dapat disepakati guna memandu hubungan seluruh negara peserta. KTT Asia Timur, tegasnya, dibentuk bukan untuk menimbulkan perpecahan, tetapi justru untuk meningkatkan kebersamaan.
Keempat, ASEAN perlu menjaga stabilitas dan keamanan kawasan. “Bertindak proaktif dalam memfasilitasi dan melibatkan diri dalam penyelesaian berbagai faktor penghambat akselerasi kerja sama ASEAN.”
Kelima, Presiden meminta agara negara-negara ASEAN melakukan keempat hal tersebut secara bersamaan. Hal ini diyakininya akan memperkuat peran ASEAN secara global.
Lahirkan Peta Jalan Ke depan Komunitas ASEAN
Mengenai hasil akhir KTT kali ini, Presiden SBY mengemukakan akan disepakati Bali Concord III yang akan memetakan jalan ke depan bagi interaksi Komunitas ASEAN dengan komunitas global. Hal ini sejalan dengan semangat ASEAN yang selalu membuka diri terhadap dunia luar.
“Semangat Bali Concord III adalah partisipasi dan kontribusi ASEAN yang semakin besar bagi terwujudnya dunia yang lebih damai, adil, demokratis dan sejahtera,” jelas Presiden.
Pada kesempatan itu, Presiden juga menjelaskan bahwa sebagai tempat penyelenggaraan KTT, Bali telah melahirkan sejumlah kesepakatan penting. Pada 1976, telah dilahirkan Treaty of Amity and Cooperation (TAC) yang dikenal sebagai Bali Concord I. Hingga kini TAC, yang mengatur perilaku damai di kawasan itu, telah diterima oleh 29 negara.
Pada 2003, kembali dilahirkan Bali Concord II yang menyepakati dibentuknya komunitas ASEAN berdasarkan pilar politik dan keamanan, pilar ekonomi dan pilar sosial-budaya. Pasca Bali Concord II, negara-negara berhasil menyepakati Piagam ASEAN, yang mengukuhkan ASEAN sebagai organisasi yang rule-based.
(sumber: pidato Presiden/Yo2k)
Transformasi sistem sosial dan politik terus berproses di Timur Tengah dan Afrika Utara. Ancaman krisis ekonomi global baru menghantui dunia akibat gejolak keuangan di Eropa.
Di samping itu, permasalahan fundamental lainnya juga mengemuka seperti ketahanan pangan, energi dan air, perubahan iklim, bencana alam, dan dampak revolusi teknologi informasi.
“Kita berkumpul pada saat dunia dihadapkan pada satu proses perubahan. Saya percaya ASEAN mampu berkontribusi dalam merespon berbagai dinamika global,” demikian disampaikan Presiden SBY di hadapan para pemimpin negara-negara ASEAN.
Untuk itu, Presiden menggarisbawahi lima hal pokok yang akan dibahas pada rangkaian KTT ke-19 ASEAN dan KTT terkait lainnya.
Pertama, ASEAN perlu melakukan langkah-langkah konkrit guna memperkuat ketiga pilar Komunitas ASEAN. “Kita harus memastikan tercapainya seluruh Rencana Aksi di ketiga pilar tersebut secara seimbang dan saling mengisi sebelum 2015,” tutur Presiden SBY.
Kedua, pertumbuhan ekonomi di kawasan perlu diperkuat. Dengan demikian diharapkan bahwa Asia Tenggara akan lebih tahan terhadap volatilitas perekonomian global dan mampu menjadi bagian dari solusi.
Ketiga, lanjut Presiden SBY, “Kita perlu mengambil peran utama dalam menata arsitektur kerja sama kawasan yang lebih efisien dan efektif.” Sentralitas ASEAN dalam berinteraksi dengan mitra wicara dan forum-forum di kawasan yang lebih luas harus dapat dipertahankan.
Dalam konteks itu, Presiden berharap agar dalam kerangka KTT Asia Timur prinsip-prinsip bersama dapat disepakati guna memandu hubungan seluruh negara peserta. KTT Asia Timur, tegasnya, dibentuk bukan untuk menimbulkan perpecahan, tetapi justru untuk meningkatkan kebersamaan.
Keempat, ASEAN perlu menjaga stabilitas dan keamanan kawasan. “Bertindak proaktif dalam memfasilitasi dan melibatkan diri dalam penyelesaian berbagai faktor penghambat akselerasi kerja sama ASEAN.”
Kelima, Presiden meminta agara negara-negara ASEAN melakukan keempat hal tersebut secara bersamaan. Hal ini diyakininya akan memperkuat peran ASEAN secara global.
Lahirkan Peta Jalan Ke depan Komunitas ASEAN
Mengenai hasil akhir KTT kali ini, Presiden SBY mengemukakan akan disepakati Bali Concord III yang akan memetakan jalan ke depan bagi interaksi Komunitas ASEAN dengan komunitas global. Hal ini sejalan dengan semangat ASEAN yang selalu membuka diri terhadap dunia luar.
“Semangat Bali Concord III adalah partisipasi dan kontribusi ASEAN yang semakin besar bagi terwujudnya dunia yang lebih damai, adil, demokratis dan sejahtera,” jelas Presiden.
Pada kesempatan itu, Presiden juga menjelaskan bahwa sebagai tempat penyelenggaraan KTT, Bali telah melahirkan sejumlah kesepakatan penting. Pada 1976, telah dilahirkan Treaty of Amity and Cooperation (TAC) yang dikenal sebagai Bali Concord I. Hingga kini TAC, yang mengatur perilaku damai di kawasan itu, telah diterima oleh 29 negara.
Pada 2003, kembali dilahirkan Bali Concord II yang menyepakati dibentuknya komunitas ASEAN berdasarkan pilar politik dan keamanan, pilar ekonomi dan pilar sosial-budaya. Pasca Bali Concord II, negara-negara berhasil menyepakati Piagam ASEAN, yang mengukuhkan ASEAN sebagai organisasi yang rule-based.
(sumber: pidato Presiden/Yo2k)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar