“Klik…”
“Hai bu, ibu jangan pergi belanja dulu ya? Mitha mau ngasih sesuatu buat ibu, sebentar lagi kok, yah? Janji lho…” riang bincang Mitha dari seberang telepon
“Iya Mit, ibu tunggu ya.. kamu mo maem apa? Ini ibu baru mau goreng ikan?” sambil tersenyum simpul sang ibu menjawabnya
“Apa aja deh bu, yang lagi mo digoreng juga boleh,”
“Sampai nanti bu…” Mitha mengakhiri percakapannya.
.
***
.
Seperti sebuah roda yang bergulir, Mitha merasa hanyut dan berada di sisi terbawah saat ini. Sebuah catatan rahasia milik ibu, yang tak sengaja ditemukannya kemarin telah menggoncangkan hatinya.
“Kak, Mitha minta kita sudahan saja ya, kita putus…,” ucapnya lirih tanpa berani menatap mata kekasihnya
“Hem.. apakah ini karena ibumu? Seperti yang kau ceritakan kemarin? Jadi kau hendak mengorbankan dirimu? Kita? Untuk kebahagiaan ibumu dan ayahku?”
“Maksud kakak apa?” Mitha mendadak gemetar
“Iya, aku sudah tahu, bahwa ibumu sebenarnya dulu adalah…”
“Sudahlah kak, iya benar, jangan diteruskan lagi, dan ada satu hal lagi yang membuat Mitha nggak mungkin bersama kakak..” potong Mitha
“Kamu dah punya penggantiku?” tanya kekasihnya lemah
“Bukan kak, aku… aku.. aku…” tak sanggup lagi ia meneruskan kalimatnya, lidahnya tercekat, tenggorokkannya mendadak kering, hanya sebuah kepasrahan saja ia berikan saat kekasihnya merengkuhnya dalam pelukan, dan mengecup keningnya.
“Sudah, lakukan saja apa yang kau inginkan.. bila suatu saat kau masih menginginkan kakak, kembalilah.. aku akan menunggu…”
“Ah.. kakak…..”
.
***
.
Setelah tangisnya reda, Mitha pulang dan mendapatkan ibunya sedang memasak. Ditekannya sebuah nomer, lalu katanya,
“Halo om, iya, Mitha sudah di rumah, saya tunggu… ah? Sudah di depan? Iya silakan masuk om, Mitha panggil ibu dulu ya..”
“Ibu Nana……..”
“Iya… Mitha, kamu dah pulang? Yuk maem dulu… Ada apa sih pake panggil-pangil nama ibu segala?” sapa ibunya
“Ibu itu ada tamu, coba temui dulu, biar Mitha yang teruskan goreng ikannya…”
Sambil geleng-geleng kepala, ditinggalkannya Mitha di dapur, pikirnya, siapa ya kok siang-siang begini bertamu..
“Nana..” sapa tamu itu
“Danu?” seakan tak percaya, Nana, terhenti langkahnya. Kenangan bertahun-tahun yang lalu dengan seorang lelaki yang sangat dicintainya mendadak muncul bagaikan sebuah proyeksi film yang membahana. Puluhan tahun yang lalu mereka pernah mengikat janji, namun karena orangtua tidak merestui akhirnya mereka berpisah, lalu Ia menikah dengan jodoh pilhan ayahnya, namun sayang baru dua tahun, suaminya pergi meninggalkannya selamanya, meninggalkan seorang bayi mungil yang sangat ia kasihi.
“Iya, ini aku Na… kamu.. kamu masih seperti dulu…”
“Danu..” seakan tak ingat lagi, Nana menghambur ke dalam pelukan Danu, rasa bahagia tiba-tiba menyeruak dengan indahnya.
Tiba-tiba Mitha muncul
“Ehem.. ibu.. om..”
“Eh Mitha… maaf nak, ibu…”
“Nggak apa-apa kok bu, ya inilah yang Mitha bilang di telepon tadi bu, om Danu, Mitha tahu kok, dan Mitha dah memutuskan untuk mengalah, biar ibu saja yang menjalani hidup baru dengan om Danu…”
“Maksud kamu…” ibunya nampak bingung
“Iya Na, Mitha itu pacar anakku, namun mereka rela berpisah, demi kita.. itu bila kau mau.. aku juga sudah lama menduda.. “ sela om Danu
“Mitha.. jangan nak…” cegah ibunya
“Sudahlah bu, lagi pula hidup Mitha tinggal beberapa bulan lagi.. kanker darah Mitha sudah akut, tak bisa disembuhkan lagi.. biarlah, sebelum Mitha pergi, Mitha ingin melihat ibu bahagia, mau ya bu? Please….”
.
***
.
In memoriam Mitha, tak berselang lama setelah Nana dan Danu melangsungkan pernikahannya, Mitha menghembusakan semangat terakhirnya, senyumnya mengembang, dalam nafas terakhirnya, kedua bola matanya berbinar bahagia, karena ia telah mampu memberikan kado, kado terakhir buat sang ibu, kado yang paling indah dan paling istimewa darinya.
.
_______________________________
.
Tak ada yang lebih indah daripada tulusnya kasih seorang ibu kepada anak, demikian juga tak ada yang mampu melebihi keindahan tulusnya cinta seorang anak kepada ibu. Hanya Ia yang mampu memisahkan kasih itu, namun sebuah kado telah ditinggalkannya, sebuah kado terindah untuk ibu… selamat tinggal ibu.. selamat jalan nak, damai Tuhan bersamamu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar