bisnis

hate the betrayalman angry at the betrayal

badai dengan sejuta rasa pahit. Derai diatas derita yang bergelumit. Tangan menengadah seakan tak satupun dosa jatuh genit. Dan kelicikan sang iblis kembali menggerogot dengan sengit.

Tuhan menciptakan makhluk luar biasa. Dengan segala rasa yang tak kuasa. Tetapi tanpa sadar dia berkata. Bahwa dia adalah Tuhan didunia. Apa hak kamu untuk mengaku dengan rasa.

Hidup sempit seperti raga tak bertulang belakang. Dengan sengajanya kau menindas kedalam hutan belaka. Dengan sejuta ranting dalam jelaga. Serta duri dan jeruji yang menusuk raga.

Srigala kembali hadir. Berbulu domba dengan sidang tanpa dosa. Tidur saat keperluan menimpa. Tanpa sadar menerima gaji buta. Dan kau tetap kau sang Iblis. Penyibak rasa haus dahaga. Dengan sejuta tangan kau renggut hak-hak rakyat negara. Dan tanpa kau sadari kau memang Manusia pemakan Otak Manusia. Manusia tanpa kelamin yang memang harus diinjak diatas meja hijau.

Dan takkan ada lagi sidang dalam mimpi.
Takkan ada lagi rapat dengan ditemani tontonan nafsu tak sudi.
Dan takkan ada lagi penggerogot jiwa dan raga diri.

BIsNIS

Senin, 28 November 2011

Dari Kuta Menuju Komunitas ASEAN




Pantai Kuta, sebagai salah satu ikon wisata Pulau Dewata, menyimpan potensi tersendiri bagi terwujudnya Komunitas ASEAN 2015. Sejumlah pedagang di kawasan tersebut memiliki ikatan tersendiri dengan para wisatawan yang berasal dari sekitaran kawasan ASEAN

Gebyar perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi ke-19 Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di kawasan Nusa Dua, nyaris tak berpengaruh langsung bagi masyarakat di kawasan Pantai Kuta. Tidak pula bagi wisatawan mancanegaranya.
Sejumlah wisatawan asing dari beberapa negara Eropa, enggan memberikan komentar tentang KTT ASEAN. Selain negaranya tidak ada terkait, mungkin juga karena ketidaktahuan mereka tentang apa yang dibahas. “Saya dari Swedia, saya tidak tahu apa itu ASEAN Summit,” kata seorang gadis berambut pirang yang tengah asik berjemur di pesisir Pantai Kuta, Kamis (17/11).
Jarak Kuta ke Nusa Dua  terpisah sekitar 20 kilometer atau 30 menit perjalanan dalam kondisi normal --bisa satu jam lebih bila macet. Hal ini boleh jadi sebagai sebab masyarakat dan wisatawan di sekitar Kuta tak begitu merasakan nuansa yang ada di Nusa Dua. "Saya dengar ada KTT, tapi saya gak tahu apa itu...," ujar Ni Luh Ayu kepada Info Publik di Jalan Pantai depan gerai baju dagangannya.
Ni Luh juga merasa tidak ada pengaruh adanya KTT ASEAN saat ini dengan laris tidaknya jualan. Yang pasti, ia tetap melempar senyum ramah kepada setiap wisatawan yang melintas. Ia tak pernah membeda-bedakan pelayanan. Dan ternyata, ia memiliki kesan tersendiri terhadap wisatawan dari sejumlah negara anggota ASEAN.
“Saya suka sama turis dari Viatnam atau Filipina. Mereka kalau belanja tidak banyak menawar, berapa harga yang kita tawarkan dia langsung membayar,” katanya.
Di samping itu, ada alasan lain mengapa Ni Luh senang terhadap wisatawan asal dua negara tadi. “Mereka bilang senang belanja di sini, karena aman dan orangnya ramah-ramah. Mereka juga menilai belanja harganya tidak mahal,” ujar pedagang pakaian Bali ini. Tersirat harapan dari Ni Luh akan lebih banyak hadirnya wisatawan yang menguntungkan, seperti dari Vietnam atau Filipina, atau dari kawasan ASEAN lainnya.(MC ASEAN/astra/dry)

http://www.aseancommunityindonesia.org/component/content/article/50-asean-news/624-dari-kuta-menuju-komunitas-asean.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BISNIS